Kamis, 01 Desember 2011

Selasa, 15 November 2011

Aksi Solidaritas Guru Ngaji, GP Ansor Gerudug Mapolres Lamongan

Lamongan - Penembakan guru ngaji hingga tewas, Riyadi Sholihin (29) terus mendapat simpati. Puluhan kader GP Ansor mendatangi Mapolres Lamongan untuk memberi dukungan polisi agar mengusut tuntas kasus penembakan guru ngaji.

Ketua GP Ansor Lamongan, Khoirul Huda menyatakan, kedatangan mereka ke Mapolres Lamongan adalah sebagai aksi solidaritas terhadap Riyadi Sholihin. Pihaknya mendesak pihak kepolisian untuk memproses secara transparan pelaku penembakan yang dilakukan oknum polisi dan memberikan sanksi sesuai peraturan undang-undang yang berlaku.

"Kami mengutuk tindakan oknum polisi yang melakukan penembakan terhadap sahabat Riyadi Sholihin," kata Huda kepada detiksurabaya.com, Jumat (4/11/2011).

Huda mengimbau kepada Polres Lamongan untuk melakukan pembinaan dan tindakan preventif kepada para anggota kepolisian agar lebih berhati-hati dan profesional dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Sehingga insiden penembakan terhadap Riyadus Sholihin tidak terjadi di Lamongan.

"Kami juga mengimbau kepada Polres Lamongan agar lebih mengefektifkan dan memaksimalkan fungsi kerja sama antar elemen masyarakat maupun lembaga yang terkait dalam proses pencegahan dan penegakan hukum yang terjadi di Lamongan," ungkapnya.

Sementara Wakapolres Lamongan, Kompol Tony Sugiarto usai menerima puluhan kader GP Ansor mengatakan, pihaknya menyampaikan rasa terima kasihnya karena memberi dukungan kepada polisi untuk mengusut tuntas kasus tersebut.

Untuk Lamongan, kata Tony, pihaknya mengaku akan melakukan pembinaan ke dalam agar kejadian seperti di sidoarjo tidak terjadi di Lamongan. "Kami juga meminta agar polisi lebih arif dalam menghadapi masyarakat," katanya.

Sabtu, 11 Juni 2011

Harlah Ansor ke 77 dan HUT ke 422 Lamongan, Ansor Gelar Lomba Dayung Perahu Tradisional

Salah satu anak Sungai Bengawan Solo di Lamongan, Sungai Bengawan Njero, sering meluap hingga menyebabkan banjir. Kondisi ini menarik bagi PC GP Ansor menggelar lomba dayung tradisional memperingati HUT ke 422 Lamongan.

Para peserta yang ikut harus menempuh jarak 200 meter Sungai Bengawan Njero
yang melintas di Desa Blawi Kecamatan Karang Binangun, ini berlangsung meriah. Pasalnya, warga yang sudah terbiasa menggunakan perahu sebagai alat transportasi ini baru pertama kali melihat lomba balap perahu tradisional.

Ketua GP Ansor Lamongan, Khoirul Huda mengatakan, lomba dayung perahu tradisional ini sengaja digelar untuk lebih melestarikan perahu tradisional di Lamongan. "Perahu adalah salah satu alat transportasi utama bagi warga yang hidup di sekitar Bengawan Njero," kata Huda kepada ansor.com di lokasi, Sabtu (28/5/2011).

Dia menjelaskan, pihaknya juga ingin mengkampanyekan tentang enceng gondok yang menjadi masalah anak sungai. Dengan menggelar lomba ini, pihaknya ingin mengatakan jika enceng gondok yang memenuhi Bengawan Solo adalah masalah bersama.

Lomba dayung perahu tradisional ini menggunakan perahu tradisional yang panjangnya sekitar 4 meter. Sementara, satu tim dayung perahu tradisional terdiri dari 6 orang. 5 Orang berlaku sebagai pendayung dan 1 orang lagi sebagai penabuh genderang dari galon air minum.

Khorul Huda menerangkan, lomba dayung perahu tradisional ini memperebutkan hadiah uang tunai. "Kami akan mencoba untuk membuat lomba dayung perahu tradisional ini menjadi agenda rutin," pungkasnya.

Kemah Bhakti Kebangsaan GP Ansor: Pemuka Katolik Minta Teruskan dan Amalkan Pemikiran Gus Dur

Budayawan Romo Benny mengaku sangat kagum dengan buah pemikiran KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tentang kebangsaan. Tetapi sayang, pemikirannya tersebut kini kurang direspons, termasuk oleh para kader muda Nahdlatul Ulama (NU), seperti GP Ansor. Saat menjadi narasumber dalam Kemah Bhakti Kebangsaan GP Ansor di lapangan Rowo, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, pimpinan Katolik yang dikenal cukup dekat dengan mantan Presiden RI ke-4 itu menyebut, pemikiran Gus Dur soal ekonomi bangsa dianggap bagus. “Gus Dur dekat dengan Israel itu bukan tanpa arti, katanya.
Saat bertemu mantan ketua PBNU itu, jelas Benny, kedekatan Gus Dur dengan Israel itu sebagai upaya membangun ekonomi Indonesia. Sebab, harus diakui bahwa Israel memegang keuangan dunia. “Gus Dur juga dekat China karena China itu juga kuat ekonominya,” ujarnya.
Dalam membangun perekonomian di Indonesia, masih kata Benny, Gus Dur berupaya mengabngun ekonomi justru dari tingkat grass root atau rakyat kecil. “Bagi Gus Dur bila rakyat yang ada di paling bawah sudah sejahtera, maka bangsa akan makmur,” ungkapnya.
Selama pemerintahan Orde Baru, warga NU sering dipinggirkan oleh negara. Semua ini terjadi, jelas dia, karena NU yang warganya cukup banyak itu tidak meiliki kekuatan dalam bidang ekonomi. “Inilah yang digarap Gus Dur selama menjadi Ketua Umum PBNU dan Presiden,” cetusnya.
Romo Benny menyayangkan buah pemikiran Gus Dur itu kurang diminati penerusnya. Padahal, pemikirannya itu sangat bagus. “Kader Ansor seharusnya yang melaksanakan dan meneruskan pemikiran-pemikiran Gus Dur,” harapnya.
Untuk menanggulangi gerakan radikal yang akhir-akhir ini marak, budayawan yang pernah tinggal di Yigyakarta itu lagi-lagi mengingatkan buah pemikiran Gus Dur. “Gerakan radikal masalah ideologi, maka innni dihadapi dengan ideologi, polisi tidak bisa mengatasinya,” sebutnya.
Kegiatan seperti KBK yang digelar GP Ansor itu dianggap sangat tepat dalam mengatasi gerakan radikal. Sebab, di antara solusi dalam mengatasi gerakan radikal adalah melalui pelatihan dan pendidik

GP Ansor Gelar Kemah Bhakti Kebangsaan

Pembukaan Kemah Bhakti Kebangsaan dalam rangka Harlah GP Ansor Ke – 77, yang digelar di Lapangan Rowo, Kalipuro, Ketapang Banyuwangi, Kamis (2/6) berlangsung marak. Selain dibuka langsung Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) RI Agung Laksono, yang didampingi Ketua Umum PP GP Ansor, Nusron Wahid, Ketua PP GP Ansor sekaligus Bupati Banyuwangi, H Abdullah Azwar Anas, MSi, mantan Ketua Umum PP GP Ansor yang juga Ketua PBNU, Drs Slamet Effendi Yusuf dan seluruh alim ulama dan kader GP Ansor “tumplek blek” di Bumi Rowo.
Sekitar pukul 11.00 Wib acara yang dihadiri ribuan kader GP Ansor dari seluruh Jawa Timur dimulai. Diawali dengan tarian khas Banyuwangi, oleh pelajar-pelajar, juga diselingi lagu Mars Ansor. Menariknya, Mars Ansor ini dinyanyikan oleh pelajar SMUK Khatolik Hikmah Mandala, hal ini seolah mengisyaratkan jika roh Kemah Bhakti kebangsaan mulai terwujud. Karena, disini jelas bisa dilihat nilai-nilai semangat toleransi, kebangsaan dari berbagai elemen yang ada disini.
Baru sekitar, pukul 13.00 Wib, yang ditunggu-tunggu Menkokesra Agung Laksono memberikan sambutan sekaligus membuka cara tersebut. Dalam sambutannya, Menkokesra Agung Laksono, menyambut baik adanya kegiatan Harlah GP Ansor yang diadakan di Bumi Blambangan ini. Bahkan Wakil Ketua Partai Golkar ini, memberikan apresiasif yang tinggi terhadap pemuda Ansor yang sangat gigih di tengah era globalisasi ini memperjuangkan nilai-nilai kebangsaan.
“Saya teringat pidatonya Bung Karno. Kata beliau,” Beri Aku 10 pemuda, akan ku taklukkan dunia ini. Ini membuktikan betapa penting peran pemuda dalam suatu kesatuan negara,” tutur Menkokesra diawal sambutannya.
Menkokesra juga mengatakan, apa yang dilakukan Pemuda Ansor hari ini bisa ditiru atau diikuti pemuda – pemuda lain di seluruh Indonesia. Karena pemuda adalah tonggak bangsa, jika semua seperti ini pastilah negara akan maju.
Lebih lanjut Agung Laksano juga mengatakan dengan pertemuan antar Organisasi Kepemudaan tersebut para pemuda bisa menjadi garda terdepan untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan tidak melupakan keanekaragaman budaya dan agama yang menjadi cikal bakal NKRI.
“Dengan acara seperti ini diharapkan bisa menghargai kemajemukan dan kebhinekaan sehingga bisa terjalin persaudaraan antar suku dan umat beragama,” Ungkap Menkokesra Agung Laksono.
Tidak bisa dipungkiri kehadiran Menkokesra kali ini memang bisa memberikan semangat yang luar biasa bagi acara ini, meski ditengah terik matahari, nyaris seluruh GP Ansor yang ada dikemah berada dibawah podium hanya untuk mendengarkan secara seksama pidato Agung Laksono.
Sementara itu, Ketua PP GP Ansor, Abdullah Azwar Anas, dalam sambutannya mengatakan, acara ini merupakan pertemuan yang sangat penting karena dalam Harlah kali ini semua tokoh lintas agama hadir di bumi Kemah Bhakti Kebangsaan. “Ini merupakan embrio gerakan kebangsaan di Republik ini, sekaligus ini salah satu embrio yang melahirkan sumpah pemuda,” kata Bupati Banyuwangi ini.
Ketua PP GP Ansor ini, juga mengucapkan selamat dan sukses atas acara ini dan memberikan penghargaan kepada Pemuda Ansor yang telah mengadakan acara ini. “Mudah-mudahan Kemah Bhakti Kebangsaan ini, bisa memberikan dampak positif yang luas bagi Banyuwangi khususnya, dan bagi bangsa Indonesia umumnya,” harap mantan anggota DPR RI ini.
Selain memberikan ucapan, Bupati Anas juga sempat memaparkan dihadapan menteri tentang program yang sedang digalakkan, yakni pengentasan kemiskinan. Dalam paparannya, Bupati Anas menunjukkan keberhasilan Pemkab Banyuwangi menjadi satu-satunya kabupaten yang berhasil mengucurkan kredit KUR kepada masyarakat miskin. “Dalam dua bulan ini, program KUR telah bisa dinikmati 2.200 orang dengan pinjaman Rp 1 – 10 juta,” ujarnya.
Selain sambutan tokoh-tokoh di atas, Ketua Umum PP GP Ansor, Nusron Wahid dan mantan Ketua Umum PP GP Ansor yang juga Ketua PBNU, Drs Slamet Effendi Yusuf juga memberikan dukungan dan harapan kepada Pemuda Ansor dalam sambutanya.
Akhirnya, sekitar pukul 13.15 Wib, acara yang juga dihadiri seluruh pejabat komponen Pemkab, Muspida, MUI dan Banser dan Aparat TNI ini berakhir, yang ditandai dengan penabuhan gong sebagai tanda diresmikan acara ini oleh Menkokesra.
Acara Kemah Bhakti Kebangsaan, akan berlangsung selama tiga hari, 2 – 4 Juni besok. Sebagai rangkaian puncak pembukaan, malam ini Kemah Bhakti Kebangsaan, akan diramaikan dengan pagelaran Wayang Kulit dengan dalang kondang Ki Entus Susmono yang sebelumnya akan diperdengarkan pengajian umum oleh, KH R Kholil As’ad Syamsul Arifin. Acara juga akan dilanjutkan dengan acara napak tilas, seminar, bedah rumah, pengobatan gratis dan bhakti sosial.

Dalam acara kemah tersebut diikuti sekitar ribuan orang utusan GP Ansor dari penjuru tanah air dan Organisasi Kepemudaan dari Jawa Timur, baik dari Organisasi Mahasiswa dan Organisasi keagamaan.

Jumat, 04 Februari 2011

Farid Pimpin PAC GP Ansor NU Paciran

3 Februari 2011


HASIL KONFERANCAB GP ANSOR PACIRAN

Farid Pimpin PAC GP Ansor NU Paciran

Lamongan, NU Online
Konferensi Anak Cabang merupakan forum permusyawaratan tertinggi gerakan Pemuda Ansor di tingkat Kecamatan. Dilaksanakan Senin, 31 Januari 2011 bertempat di Kantor NU Kec. Paciran.

Hadir dalam acara tersebut Khoirul Huda (Ketua GP Ansor Lamongan sekaligus membuka acara), jajaran pengurus MWC NU Kecamatan Paciran antara lain KH. Salim Azhar (Rois Syuriah) dan Khoirul Anwar (Ketua).

Dalam sambutannya, Khoirul Huda mengatakan bahwa GP. Ansor harus merevitalisasi model gerakan yang dilaksanakan terutama dalam bidang kaderisasi, dalam bidang pengabdian masyarakat huda juga mnegharapakan agar kader Ansor di Kecamatan Paciran turut peduli terhadap apa yang dialami para nelayan dan petani pada saat-saat ini, selain itu Huda juga banyak menyinggung tentang keputusan Kongres GP Ansor yang baru dilaksanakan di Surabaya kemarin.

Konferensi Anak Cabang diikuti 11 Pimpinan Ranting (sebutan untuk GP Ansor tingkat Desa) serta 150 Anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) se Kecamatan Paciran.

Dalam konferensi tersebut Ahmad Farid yang sebelumnya menjabat sekretaris PAC. GP Ansor Paciran periode sebelumnya, menjadi ketua setelah dua kandidat lainnya Achnes Asfandi (Sendangagung) dan Mundzir (Dengok) terganjal usia persyaratan menjadi seorang ketua yang terdapat dalam PD/PRT (tidak lebih dari 40 tahun).

Dalam konferensi cabang tersebut juga dibahas berbagai macam pokok program selama 3 tahun kedepan antara lain ; penguatan kaderisasi dan kelembagaan, pemberdayaan umat serta advokasi nelayan dan petani sebagai bagian dari pengabdian masyarakat.

Senin, 17 Januari 2011

Nusron Wahid: Babak Baru GP Ansor

Politikus Golkar, Nusron Wahid, akhirnya terpilih menggantikan H Saifullah Yusuf (Gus Ipul) untuk memimpin Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor periode 2011-2015.Anggota DPR asal Kudus, Jawa Tengah, itu terpilih menjadi Ketua Umum GP Ansor yang baru dalam sidang pemilihan pada hari terakhir Kongres XIV GP Ansor di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, Senin (17/1/2011).
Nusron terpilih dalam pemilihan dua putaran, yakni putaran pertama pada Minggu malam dengan hasil 257 suara dan putaran kedua pada Senin siang dengan hasil 345 suara.
Dalam putaran pertama, Nusron Wahid bersaing ketat dengan Marwan Ja'far (Partai Kebangkitan Bangsa) yang memperoleh 183 suara sehingga keduanya berhak maju ke putaran kedua.
Kandidat lain, seperti Chotibul Umam Wiranu (Demokrat) hanya meraih 40 suara, meski Umam sebelumnya diprediksi merupakan rival terkuat dari Nusron Wahid.
Selain itu, Syaifullah Tamliha (PPP) meraih 40 suara, Munawar Fuad 3 suara, Malik Haramain (PKB) 1 suara, Andi 1 suara, Choirul Sholeh Rosyid 1 suara, dan Yoyo 1 suara.
Dalam putaran kedua, kandidat yang berhak mengikuti pemilihan harus mengantongi suara minimal 99 suara sehingga hanya tersisa dua kandidat, yakni Nusron dan Marwan.
Hasil putaran kedua dalam sidang pemilihan yang dipimpin Ketua Umum PP GP Ansor demisioner H Saifullah Yusuf adalah Nusron Wahid meraih 345 suara dan Marwan Ja'far 161 suara.
"Pemilihan kali ini luar biasa karena semua kandidat bisa maju. Prosesnya juga berlangsung demokratis, jujur, adil, dan bisa dilihat semua orang," kata Gus Ipul yang juga Wakil Gubernur Jawa Timur itu.
Nusron akan menyusun kepengurusan dengan didampingi sembilan formatur dari Jawa Timur, Banten, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat, Maluku, dan NTT.
"Kita mulai babak baru yang bukan akhir, tapi awal dari perjuangan. Oleh karena itu, mari bangun basis di daerah dan akhiri pertikaian selama kongres. Enggak ada lagi kelompok, friksi, dendam, maupun kesumat," kata Nusron dalam sambutannya setelah terpilih.
Ia meminta pendukungnya untuk tidak mendukung dirinya lagi pascakongres, tapi justru mengkritik dan menagih janji kepada dirinya.
"Indonesia membutuhkan NU, tapi NU isinya masih kosong akibat konflik. Oleh karena itu, Ansor akan membenahi NU supaya NU menjadi payung besar Islam di Indonesia," ujarnya.
Dalam sambutan penutupan mewakili Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Gus Ipul menyampaikan lima wasiat kepada penggantinya, Nusron Wahid.
"Saya tidak menyampaikan pesan, tapi saya menyampaikan wasiat. Pertama, Ansor di tingkat ranting masih ada 40-50 persen dari 80.000 lebih karena sisanya harus dilanjutkan," katanya.
Wasiat kedua adalah memperkuat hubungan dengan PBNU. "Meski ada perbedaan, paling tidak ada dalam satu frekuensi," kata Gus Ipul yang sempat berseberangan dengan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi itu.
Wasiat berikutnya, dorong peningkatan sumber daya manusia sesuai kompetensi, kunjungi daerah-daerah yang terpencil, serta bangun jaringan dengan pihak luar seperti birokrat, pengusaha, dan TNI/Polri.

Nusron Wahid Janji Ubah Wajah Ansor

Nusron Wahid akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum PP GP Ansor menggantikan Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Nusron akan memimpin Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor untuk periode 2011-2015. Anggota DPR RI asal Kudus, Jateng, itu terpilih menjadi Ketua Umum PP GP Ansor yang baru dalam Kongres XIV GP Ansor di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Senin (17/1) kemarin. Nusron terpilih dalam pemilihan dua putaran yakni putaran pertama pada Minggu (16/1) malam di mana dia meraih 257 suara dan putaran kedua Senin (17/1) siang dengan hasil 345 suara.
Dalam putaran pertama, Nusron Wahid bersaing ketat dengan Marwan Dja’far yang memperoleh 183 suara, hingga keduanya berhak maju ke putaran kedua. Sedang kandidat lain seperti Khatibul Umam Wiranu (Demokrat) yang hanya meraih 40 suara, kandas. Sebelumnya Umam diprediksi merupakan rival terkuat dari Nusron Wahid.
Begitu pula Syaifullah Tamliha (PPP) meraih 40 suara, Munawar Fuad dengan tiga suara, Malik Haramain (PKB) dengan satu suara, Andi satu suara, Choirul Sholeh Rosyid satu suara, dan Yoyo satu suara. Lalu dalam putaran kedua, kandidat yang berhak mengikuti pemilihan harus mengantongi suara minimal 99 suara sehingga hanya tersisa dua kandidat yakni Nusron dan Marwan. Hasil putaran kedua akhirnya dimenangkan oleh Nusron Wahid dengan 345 suara dan Marwan Dja’far 161 suara.
“Pemilihan kali ini luar biasa, karena semua kandidat bisa maju. Prosesnya juga berlangsung demokratis, jujur, adil, dan bisa dilihat semua orang,” kata Gus Ipul.
Nusron yang terpilih pada 17-1-2011 pukul 09.09 WIB itu akan menyusun kepengurusan didampingi sembilan formatur dari Jatim, Banten, Sumbar, Sulsel, Kalteng, Malut, Papua Barat, Maluku, dan NTT. “Kita mulai babak baru yang bukan akhir, tapi awal dari perjuangan, karena itu saya minta jangan mendukung saya lagi pasca-Kongres, tapi justru mengkritik dan menagih janji saya,” katanya.
Janji itu adalah dia ingin mengubah citra Ansor sebagai organisasi kemasyarakatan pemuda politik. “Lima tahun ke depan, saya ingin melakukan perubahan besar untuk citra dan wajah Ansor yang dikenal sebagai OKP politik,” katanya sesaat setelah terpilih.
Didampingi Ketua PW GP Ansor Jatim, Alfa Isnaini, selaku Ketua Panitia Pelaksana Kongres XIV GP Ansor, dia mengatakan, perubahan citra itu tidak hanya dilakukan dengan pernyataan, tapi juga tindakan. “Di bidang politik, kader-kader Ansor selama ini belum disiplin, kapan berpolitik, kapan berjamiyah Ansor, sehingga Ansor tercitrakan sebagai OKP politik,” katanya.
Contoh lain, kata dia, ketika dirinya yang kebetulan politisi menjadi kandidat Ketua Umum Ansor, maka hal itu langsung dikaitkan sebagai adanya intervensi politik.
“Ansor sebenarnya tidak mungkin melarang kadernya berpolitik, karena hal itu sama halnya dengan melarang kader Ansor menjadi pemimpin nasional, sebab pemimpin nasional itu bersumber dari partai politik,” katanya.
Namun, kata dia, politisi dari Ansor harus ada bedanya, yakni politisi yang disiplin, tidak korupsi, dan sebagainya.
“Ansor itu nggak ada urusan dengan politik, tapi individu boleh saja berpolitik, asalkan tanpa menggunakan baju Ansor, stempel Ansor, dan sebagainya,” katanya.
Ditanya tentang pesan Gus Ipul untuk membenahi hubungan antara Ansor dengan PBNU yang selama kepemimpinannya terkesan kurang harmonis, dia menegaskan hubungan NU-Ansor tidak ada masalah. “Itu hanya kesan orang, tapi Ansor sebagai badan otonom NU tentu ada cara berorganisasi tersendiri dalam sinergi pengkaderan,” katanya.
Oleh karena itu, dia menambahkan, NU-Ansor hendaknya tidak dibenturkan, karena Ansor bertugas merealisasikan cita-cita besar NU. “Cita-cita NU adalah membangun peradaban dengan nilai ideologi ke-Islaman berbasis ke-Indonesiaan, jadi tugas Ansor adalah penyelamatan ideologi,” katanya.
Mengenai hubungan Ansor dengan pemerintah, dia mengatakan hal itu sama dengan hubungan NU dengan pemerintah yakni bukan oposisional. “Hubungan bukan oposisional itu mengkritik bila pemerintah bertindak zalim, tapi juga mendukung bila melayani rakyat,” katanya.
Mengenai rumor adanya orang Cikeas yang mau menjadi Penasihat PP GP Ansor, dia mengatakan hal itu tidak ada masalah, asalkan dia pernah aktif di Ansor atau NU.
“Orang mau menasihati, kok tidak diterima, orang mau berbuat baik kok ditolak. Yang penting, dia tidak `ujug-ujug` (datang secara tiba-tiba), tapi dia pernah di NU atau Ansor. Kalau bukan NU ya di-NU-kan dulu, bukan langsung jadi penasihat,” katanya.
Diminta lepas politik
Sementara itu Wakil Rais Aam Nahdlatul Ulama (NU), KH Musthofa Bisri (Gus Mus) menyarankan agar Ketua Umum Ansor terpilih menon-aktifkan diri dari partai politik dan sepenuhnya mengurus Ansor. Langkah itu menurut Gus Mus akan lebih baik dan lebih sesuai dengan khittah NU.
“Kalau berani, keluar dari parpol dan hanya ngurus Ansor. Saya kira itu lebih ideal,” kata Kiai pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang, Jawa Tengah ini, menjawab pertanyaan NU Online via Twitter.
Dalam pernyataannya setelah terpilih sebagai Ketua Gerakan Pemuda Ansor periode 2011-2015, Nusron Wahid menegaskan bahwa ia tidak akan membawa Ansor ke politik. Hal itu menanggapi pertanyaan wartawan terkait keberadaan Nusron sebagai politisi dan anggota DPR Partai Golkar. Namun Gus Mus mengatakan bahwa janji tidak membawa Ansor ke politik tidak cukup. Karena itu bisa saja retoris. “Janji juga untuk tidak membawa politik ke Ansor gak?,’ tanya Gus Mus

Nusron Wahid Pimpin GP Ansor 2011-2016

Politisi Golkar Nusron Wahid akhirnya terpilih menggantikan H Saifullah Yusuf (Gus Ipul) untuk memimpin Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor periode 2011-2016. Anggota DPR asal Kudus, Jateng itu terpilih menjadi Ketua Umum GP Ansor yang baru dalam sidang pemilihan pada hari terakhir Kongres XIV GP Ansor di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Senin.
Nusron terpilih dalam pemilihan dua putaran yakni putaran pertama pada Minggu (16/1) malam dengan hasil 257 suara dan putaran kedua pada Senin (17/1) siang dengan hasil 345 suara.
Dalam putaran pertama, Nusron Wahid bersaing ketat dengan Marwan Jakfar (PKB) yang memperoleh 183 suara, sehingga keduanya berhak maju ke putaran kedua.
Kandidat lainnya seperti Chotibul Umam Wiranu (Demokrat) hanya meraih 40 suara, meski Umam sebelumnya diprediksi merupakan rival terkuat dari Nusron Wahid.
Selain itu, Syaifullah Tamliha (PPP) meraih 40 suara, Munawar Fuad dengan tiga suara, Malik Haramain (PKB) dengan satu suara, Andi satu suara, Choirul Sholeh Rosyid satu suara, dan Yoyo satu suara.
Dalam putaran kedua, kandidat yang berhak mengikuti pemilihan harus mengantongi suara minimal 99 suara, sehingga hanya tersisa dua kandidat yakni Nusron dan Marwan.
Hasil putaran kedua dalam sidang pemilihan yang dipimpin Ketua Umum PP GP Ansor demisioner H Saifullah Yusuf selaku pimpinan sidang adalah Nusron Wahid meraih 345 suara dan Marwan Jakfar 161 suara.
“Pemilihan kali ini luar biasa, karena semua kandidat bisa maju. Prosesnya juga berlangsung demokratis, jujur, adil, dan bisa dilihat semua orang,” kata Gus Ipul yang juga Wagub Jatim itu.
Nusron yang terpilih pada 17-1-2011 pukul 09.09 WIB itu akan menyusun kepengurusan dengan didampingi sembilan formatur dari Jatim, Banten, Sumbar, Sulsel, Kalteng, Malut, Papua Barat, Maluku, dan NTT.

Visi Politikus Golkar Memimpin GP Ansor

Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor terpilih untuk periode jabatan 2011-2016, Nusron Wahid, berjanji tidak akan memberi kebebasan Gerakan Pemuda Ansor sebagai institusi untuk berpolitik. Dan, dia bertekad, di bawah kepemimpinannya, organisasi massa yang berada di bawah Nahdlatul Ulama ini diarahkan menuju perubahan yang lebih baik.
“Tapi kami tidak akan melarang kader Ansor untuk berpolitik, karena itu sama halnya dengan membelenggu kebebasan dan menyumbat kreativitas dan prestasi kader,” kata Nusron Wahid dalam keterangan pers di Hall D, Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, usai dipastikan dirinya sebagai pemenang pemilihan, Senin 17 Januari 2011.
Hanya saja, kata NW, saat ini dalam berpolitik kader Ansor belum disiplin. Menurutnya, kader-kader Ansor harus berpolitik dengan individual politik, bukan membawa organisasi. Termasuk dengan merubah paradigma politik yang berkembang.
Menurutnya, paradigma politik yang terbangun saat ini dibarengi dengan citra bahwa Ansor identik dengan politik. “Sehingga saat kongres selalu muncul wacana bahwa setiap kader dari partai politik yang ikut maju sebagai calon, terus dihembuskan Ansor akan dibawa kepada kepentingan partai politik tertentu,” kata salah satu ketua departemen di Partai Golkar itu.
Ia juga menjelaskan, politik ke-Ansoran sama dengan politik dari PBNU saat ini. Kepada pemerintah, PBNU tidak bersikap oposisional. Dalam bersikap kepada pemerintah PBNU lebih bersikap proposional.
“Intinya politik PBNU lebih pada kemaslahatan umat,” ujar pria kelahiran Kudus, Jawa Tengah ini.
Nusron berhasil mengalahkan 7 nama lain yang ikut meramaikan bursa kandidat. Dari delapan orang itu, akhirnya muncul dua nama terkuat yakni, Nusron Wahid dan Marwan Jakfar yang aktif di Partai Kebangkitan Bangsa.
Kedua nama ini yang memperoleh dukungan tertinggi yakni di atas 99 suara. Nusron Wahid mendapat suara terbanyak yakni 257 suara, selanjutnya Marwan Jakfar (183 suara), Khatibul Umam Wiranu (40 suara), Saiful Tamlika (24 suara), Munawar Fuad (3 suara), Ireng R mendapat (1 suara), Choirul Sholeh Rasyid (1 suara), Andi Ali (1 suara), Malik Haromain (1 suara), kandidat Yoyo juga mendapat (1 suara). Total suara keseluruhan 512 suara, dan ada 4 utusan yang tidak hadir.
Nusron Wahid sudah dua periode duduk di Dewan Perwakilan Rakyat. Pria kelahiran Kudus, 12 Oktober 1973, ini menamatkan sekolah dasar sampai menengah atas di Kudus. Nusron menamatkan S1 di Ilmu Sejarah Universitas Indonesia dan saat ini sedang menempuh pendidikan doktoral di Institut Pertanian Bogor.
Sebagai politikus, Nusron adalah Ketua Hubungan Daerah Jawa Tengah Fraksi Partai Golkar DPR. Nusron duduk di Komisi XI, juga menjabat ketua Panitia Kerja OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Sementara di DPP Golkar, Nusron adalah salah satu Ketua Departemen di bawah Bidang Kajian dan Kebijakan DPP Golkar yang diketuai Rizal Mallarangeng. (vivanews.com)

Politik Ansor di Era Nusron Wahid

Siapa pun agaknya tahu, Ansor bukanlah partai politik (parpol), tapi siapa pun mungkin tahu bahwa Nusron Wahid adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor yang juga politisi.
Sejak awal, politisi Partai Golkar yang kelahiran Kudus, Jawa Tengah, 12 Oktober 1973 itu diprediksi memenangkan pemilihan Ketua Umum GP Ansor dalam Kongres ke-14 di Surabaya, 13-17 Januari 2011.
Pemuda asal Desa Mejobo, Kudus, yang alumnus Madrasah Qudsiyah dan SMA NU Al Ma`ruf di Kudus itu menjadi Ketua Umum PP GP Ansor setelah memenangkan “all final politisi” bersama Marwan Jakfar (DPR/PKB).
Kemenangan itu bermula dari perdebatan tentang aturan batasan usia calon ketua umum maksimal 40 tahun yang cukup alot hingga menghadirkan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj untuk memutuskan.
Pembatasan usia itu dibahas sejak dari sidang Komisi A (komisi organisasi) di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Sabtu (15/1) malam, hingga sidang pleno pada Senin (17/1) dinihari.
Batasan usia itu menjadi tarik ulur dalam sidang pleno, karena batasan itu meniadakan kans Khatibul Umam Wiranu dan Syaifullah Tamliha (politisi PPP), lalu akan menyisakan peluang untuk Nusron Wahid (politisi Golkar) dan Marwan Jakfar (politisi PKB).
Pembahasan Pasal 20 ayat b tentang batasan umur 40 tahun itu sempat membuat sidang Komisi A ditunda pada Sabtu (15/1) malam dan sempat ada kesepakatan untuk menerima batasan itu pada Minggu (16/1) siang.
Namun, kesepakatan itu diperdebatkan lagi saat sidang pleno, terutama pemberlakuan batasan usia 40 tahun itu, apakah periode 2011-2015 merupakan masa transisi atau aturan itu langsung diberlakukan batasan usia itu.
Dalam penjelasannya, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj sempat menyatakan bahwa Muktamar NU di Makassar (2010) masih memberi toleransi hingga periode berikutnya, tapi peserta mendesak agar hal itu diputuskan Kongres Ansor saja.
“Aturan itu sudah berlaku di Kongres Fatayat yang lalu. Calon di atas 40 masih boleh. Jika memang aturan batas usia itu wajib dilaksanakan pada Kongres Ansor saat ini, tentu ART NU tidak perlu ada penjelasan bahwa aturan diberlakukan setelah kongres terdekat. Kalau diwajibkan sekarang berlaku, tidak butuh penjelasan,” katanya (16/1).
Akhirnya, peserta menyepakati masa pemberlakuan batas usia maksimal 40 tahun bagi calon untuk Kongres berikutnya (ke-15), sehingga seluruh kandidat Ketua Umum GP Ansor bisa maju ke pencalonan.
“Sudah disepakati semua kandidat boleh mengikuti pencalonan,” kata salah seorang kandidat, Choirul Sholeh Rasyid, Senin (17/1) dinihari.
Kesepakatan itu dihasilkan dalam musyawarah yang dipimpin Ketua Umum PP GP Ansor demisioner Saifullah Yusuf yang memutuskan aturan batasan usia tidak diberlakukan dalam kongres sekarang, melainkan kongres berikutnya.
Dalam proses pemilihan, legislator yang juga alumnus Universitas Indonesia Jakarta dan Institut Pertanian Bogor (IPB) itu terpilih dalam pemilihan dua putaran.
Saat putaran pertama pada Minggu (16/1) malam, Nusron meraih 257 suara dan putaran kedua pada Senin (17/1) siang dengan 345 suara. Dalam putaran pertama, Marwan Jakfar (PKB) memperoleh 183 suara, sehingga berhak maju ke putaran kedua bersama Nusron.
Politik Ansor
Masalahnya, apakah GP Ansor era kepemimpinan Nusron Wahid yang politisi itu akan membuat Ansor masuk ranah politik?
“Lima tahun ke depan, saya ingin melakukan perubahan besar untuk citra dan wajah Ansor yang dikenal sebagai OKP politik,” katanya sesaat setelah terpilih dalam Kongres XIV Ansor di Surabaya (17/1).
Didampingi Ketua PW GP Ansor Jatim Alfa Isnaini selaku Ketua Panitia Pelaksana Kongres XIV GP Ansor, ia mengatakan perubahan citra itu tidak hanya dilakukan dengan pernyataan, tapi juga tindakan.
“Di bidang politik, kader-kader Ansor selama ini belum disiplin, kapan berpolitik, kapan berjamiyah Ansor, sehingga Ansor tercitrakan sebagai OKP (organisasi kemasyarakatan pemuda) politik,” katanya.
Contoh lain, katanya, ketika dirinya yang kebetulan politisi menjadi kandidat Ketua Umum Ansor, maka hal itu langsung dikaitkan sebagai adanya intervensi politik.
“Ansor sebenarnya tidak mungkin melarang kadernya berpolitik, karena hal itu sama halnya dengan melarang kader Ansor menjadi pemimpin nasional, sebab pemimpin nasional itu bersumber dari partai politik,” katanya.
Namun, kata Ketua Umum PP GP Ansor pengganti H Saifullah Yusuf (Gus Ipul) itu, politisi dari Ansor itu harus ada bedanya, yakni politisi yang disiplin, tidak korupsi, dan sebagainya.
“Ansor itu nggak ada urusan dengan politik, tapi individu boleh saja berpolitik, asalkan tanpa menggunakan baju Ansor, stempel Ansor, dan sebagainya. Kalau berpikir 2014 (Pemilu/Pilpres) juga nanti tahun 2014 saja,” katanya.
Mengenai hubungan Ansor dengan pemerintah, ia mengatakan hal itu sama dengan hubungan NU dengan pemerintah yakni bukan oposisional.
“Hubungan bukan oposisional itu mengeritik bila pemerintah bertindak zalim, tapi juga mendukung bila melayani rakyat,” kata mantan aktivis mahasiswa itu.
Ditanya tentang pesan Gus Ipul untuk membenahi hubungan antara Ansor dengan PBNU yang selama kepemimpinannya terkesan kurang harmonis, ia menegaskan bahwa hubungan NU-Ansor itu tidak ada masalah.
“Itu hanya kesan orang, tapi Ansor sebagai badan otonom (banom) NU tentu ada cara berorganisasi tersendiri dalam sinergi perkaderan,” katanya.
Oleh karena itu, katanya, NU-Ansor hendaknya tidak dibenturkan, karena Ansor itu bertugas merealisasikan cita-cita besar NU.
“Cita-cita NU adalah membangun peradaban dengan nilai ideologi ke-Islaman berbasis keindonesiaan, jadi tugas Ansor adalah penyelamatan ideologi,” katanya.
Agaknya, program pemuda yang bersifat membangun peradaban melalui ideologi kebangsaan dan kenegaraan yang kritis, objektif, dan tidak radikal itu merupakan politik Ansor, bukan Ansor politik atau Ansor yang berpolitik praktis. (http://www.antaranews.com/berita/1295285228/politik-ansor-di-era-nusron-wahid)

Seluruh Kandidat Ketua Umum Ansor Bisa Maju

Seluruh kandidat Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor akhirnya bisa maju ke pencalonan setelah persoalan batas usia maksimal 40 tahun bagi calon disepakati tidak diberlakukan dalam kongres ke-14 di Surabaya, Senin dini hari. “Sudah disepakati semua kandidat boleh mengikuti pencalonan,” kata salah seorang kandidat, Choirul Sholeh Rasyid.
Batas usia 40 tahun sebelumnya disepakati masuk dalam Peraturan Dasar/Peraturan Rumah Tangga Ansor, namun soal waktu pemberlakuan aturan itu terjadi perdebatan alot dan keras.
Sebagian peserta menghendaki aturan itu diberlakukan seketika dalam kongres saat ini, sementara sebagian yang lain menghendaki diberlakukan pada kongres berikutnya.
Jika aturan itu diberlakukan sekarang, maka sejumlah kandidat akan terganjal karena telah berusia di atas 40 tahun. Mereka adalah Khatibul Umam Wiranu, Syaifullah Tamliha, dan Chairul Sholeh Rasyid.
Perdebatan soal waktu pemberlakuan aturan batasan usia dipicu kepentingan masing-masing pendukung kandidat dan perbedaan penafsiran terhadap aturan dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU terkait badan otonomnya, termasuk Ansor.
Dalam AD/ART NU hasil muktamar di Makassar 2010, disebutkan, batas usia calon ketua badan otonom Ansor dan Fatayat adalah 40 tahun yang pemberlakuannya setelah kongres terdekat organisasi itu.
Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj, yang didatangkan ke arena kongres untuk mengatasi kebuntuan dalam penjelasannya menyebutkan, aturan batas usia baru diberlakukan pada kongres berikutnya. Kongres Fatayat beberapa waktu lalu pun belum memberlakukan aturan itu.
Namun, ketika penjelasan itu dipertanyakan kembali oleh peserta kongres Ansor, Said Aqil kemudian menyerahkan kepada kongres untuk memutuskan apakah aturan itu akan dipakai dalam kongres sekarang atau tidak.
“Tapi untuk kongres berikutnya aturan itu wajib dilaksanakan,” katanya.
Setelah melalui musyawarah yang dipimpin Syaifullah Yusuf, Ketua Umum Ansor yang telah dinyatakan demisioner, diputuskan aturan batasan usia tidak diberlakukan dalam kongres sekarang.
Malik Haramain Mundur
Sementara itu Abdul Malik Haramain menyatakan mengundurkan diri dari pencalonan Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor dalam kongres ke-14 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.
“Saya mundur karena mendapat amanah dari orang tua,” kata Malik kepada wartawan, Minggu.
Malik mengaku tidak ada alasan lain terkait pengunduran dirinya itu.
Ia membantah mundur karena ada tekanan dari partainya, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang lebih memilih mendukung Marwan Jakfar yang juga Ketua Fraksi PKB DPR RI.
“Sampai sekarang PKB masih mempersilakan saya maju. Tidak ada tekanan dari PKB untuk menghentikan saya,” katanya.
Ia juga menolak disebut takut kalah jika terus mengikuti persaingan perebutan Ketua Umum Ansor, apalagi berembus isu tak sedap kongres diwarnai politik uang.
“Dukungan kepada saya sampai sekarang sudah memenuhi syarat untuk lolos putaran pertama. Kalau terus maju saya masih bisa meraih 65-75 persen suara,” katanya.
Sesuai tata tertib pemilihan, calon ketua umum minimal harus mendapat dukungan 99 suara dari 516 suara yang dimiliki pengurus wilayah dan cabang.
Terkait pendukungnya, mantan Sekjen GP Ansor itu menegaskan tidak mengarahkan mereka kepada kandidat tertentu.
“Saya beri kebebasan untuk menggunakan hak pilih sesuai hati nurani masing-masing. Saya yakin sahabat-sahabat sudah tahu siapa yang kompeten dan lebih maslahat,” katanya.

Aktivis PMII Mengais Rejeki di Kongres Ansor

Momentum Kongres GP Ansor XIV di Asrama Haji Sukolilo Surabaya dijadikan kesempatan untuk mengais rejeki oleh sejumlah aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Surabaya. Buktinya, mereka rela berjualan demi memperoleh untung dalam momentum 5 tahunan itu.
Para aktivis perempuan itu, menjual sejumlah pernak-pernik seperti gantungan kunci, rokok, kaos, serta beberapa aksesoris lain yang bisa ditawarkan kepada peserta kongres.
A’yun, 20, salah satu penjual sekaligus aktivis PMII Surabaya, mengaku sengaja menjual pernak-pernik itu. Sebab, hal itu diyakini pasti menarik terhadap peserta Ansor. “Hasilnya tidak untuk dimakan sendiri. Tapi, nanti akan diberikan ke kas organisasi PMII mas,” ujarnya mesem.
Demikan juga pengakuan Atik, aktivis PMII yang berjualan rokok. Diakuinya, meski nanti mendapatkan untung, uangnya pasti akan bermanfaat untuk organisasi yang dilahirkan dari rahim NU itu.
“Makanya ayo beli. Untungnya pasti bermanfaat mas,” imbuhnya seraya menawarkan.
Sementara itu, pengais rejeki yang lain adalah H.Abrori. Pria tukang pijet asal Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep ini, mengaku sudah biasa menjadi tukang pijet. Bahkan, setiap kongres atau muktamar NU, dipastikan hadir.
“Saya sudah sering jadi tukang pijet dalam momentum seperti sekarang. Sebab, untungnya lebih banyak. Kalau hari-hari biasa, orang minta pijet paling hanya 5-10 orang. Tapi, kalau ada acara seperti sekarang, mencapai 20-30 orang,” tegasnya.

Rabu, 05 Januari 2011

Kongres Ansor Pasti Dibuka Presiden SBY 13 Januari

  1. Kongres Ansor Pasti Dibuka Presiden SBY 13 Januari
Surabaya : Setelah ditunda beberapa kali, pelaksanaan Kongres ke-XIV Gerakan Pemuda (GP) Ansor akhirnya dipastikan digelar di Asrama Haji Sukolilo Surabaya pada 13-17 Januari 2011. Pembukaan akan dihelat di lapangan Makodam V/Brawijaya dan langsung dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor Saifullah Yusuf (Gus Ipul) kepada wartawan di RM Adem Ayem Surabaya, Rabu (5/1/2011) mengatakan, kongres ini akan diikuti 6.000 orang. Yakni, terdiri dari 2.000 peserta kongres (pengurus cabang, wilayah dan pusat GP Ansor se-Indonesia), 1.000 undangan dan sisanya ribuan Banser.
“Ada 3 hal yang menjadi agenda pokok kongres itu. Yakni, evaluasi peraturan dasar peraturan rumah tangga organisasi, di antaranya masa kepengurusan yang selama ini dua periode diubah satu periode. Kemudian, program kerja dan rekomendasi. Serta, laporan pertanggungjawaban pengurus sebelumnya serta pemilihan ketua umum baru,” tegasnya.
Tema Kongres Ansor kali ini adalah Meneguhkan Kerukunan Mewujudkan Kesejahteraan. Panitia juga mengundang Pemuda Panca Marga, Pemuda Pancasila, Pemuda Muhammadiyah, FKPPI, ormas kepemudaan, organisasi mahasiswa dan tokoh lintas agama.
Hingga saat ini, nama-nama yang memastikan akan meramaikan perebutan Ketua Umum GP Ansor dalam Kongres XIV antara lain, Chatibul Umam Wiranu (anggota FPD DPR RI yang juga Ketua GP Ansor), Malik Haramain (anggota FPKB DPR RI dan sekjen GP Ansor), Nusron Wahid (anggota FPG DPR RI dan mantan Ketua Umum PB PMII), Munawar Fuad (Vice President Pemuda se-Asia dan mantan Sekjen PP GP Ansor), dan Saiful Tamlika (anggota F-PPP DPR RI), Choirul Sholeh Rasyid (Mantan anggota F-PKB dan Salah satu Ketua PP GP Ansor), dan Yoyo Arifardhani (Anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Ketua PW GP Ansor Kalsel).
Semua Kandidat Ketum Punya Kans!
Gus Ipul memastikan, semua kandidat pengganti dirinya sama-sama berpeluang kuat memimpin Ansor. Semua kandidat itu akan memperebutkan sebanyak 503 suara pengurus cabang dan wilayah se-Indonesia. Artinya, satu cabang dan wilayah masing-masing satu suara.
“Umumnya kandidat itu banyak yang duduk sebagai anggota DPR RI. Mereka semuanya mempunyai peluang, karena sama-sama dikenal dan tidak asing lagi bagi kader Ansor. Saya netral dalam ajang kongres itu dan tidak mendukung salah seorang calon. Mereka semuanya teman saya,” tegas Gus Ipul kepada wartawan di RM Adem Ayem Surabaya, Rabu (5/1/2011).
Menurut dia, untuk menjadi seorang kandidat atau calon ketua umum, minimal harus memperoleh dukungan sebanyak 99 pengurus cabang. Diperkirakan, akan sulit terjadi aklamasi dalam perebutan Ketum Ansor, karena ada mekanisme pemilihan.
“Yang pasti ada perubahan aturan organisasi, dimana yang sebelumnya masa jabatan dua periode akan diperpendek menjadi satu periode saja. Ini untuk mempercepat proses kaderisasi di tubuh Ansor,” tuturnya.

Sabtu, 01 Januari 2011

Kongres Ansor Dipastikan 7 Januari 2011

Kongres Ansor Dipastikan 7 Januari 2011
Jumat, 24 Desember 2010 11:19

Setelah mengalami beberapa kali penundaan, akhirnya bisa dipastikan kongres ke XIV Ansor NU akan berlangsung pada 7-9 Januari 2011 di Asrama Haji Sukolilo Surabaya.

Hal ini disampaikan oleh Sekjen Ansor NU Malik Haramain kepada NU Online, Jum’at (24/12) di Jakarta.

“Undangan sudah kami cetak dan kami sebarkan, peserta dari seluruh Indonesia juga sudah siap untuk hadir,” katanya.

Total 547 cabang dan wilayah akan hadir pada perhelatan akbar ini. Setiap cabang akan diwakili oleh 3 peserta sedangkan wilayah akan diwakili oleh 4 orang.

Kongres kali ini akan mengambil tema Persaudaraan untuk Kebesaran Negeri dengan tagline “Satukan Barisan Membangun Negeri”.

Acara pembukaan akan digelar di Kodam V Brawijaya dengan apel akbar 10 ribu Banser dan rencananya dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Salah satu materi yang akan disahkan dalam kongres adalah rencana perubahan PD/PRT menyangkut pembatasan masa jabatan ketua umum maksimal 1 kali. “Ini untuk mempercepat proses kaderisasi di lingkungan Ansor,” katanya

Kamis, 01 Desember 2011

Selasa, 15 November 2011

Aksi Solidaritas Guru Ngaji, GP Ansor Gerudug Mapolres Lamongan

Lamongan - Penembakan guru ngaji hingga tewas, Riyadi Sholihin (29) terus mendapat simpati. Puluhan kader GP Ansor mendatangi Mapolres Lamongan untuk memberi dukungan polisi agar mengusut tuntas kasus penembakan guru ngaji.

Ketua GP Ansor Lamongan, Khoirul Huda menyatakan, kedatangan mereka ke Mapolres Lamongan adalah sebagai aksi solidaritas terhadap Riyadi Sholihin. Pihaknya mendesak pihak kepolisian untuk memproses secara transparan pelaku penembakan yang dilakukan oknum polisi dan memberikan sanksi sesuai peraturan undang-undang yang berlaku.

"Kami mengutuk tindakan oknum polisi yang melakukan penembakan terhadap sahabat Riyadi Sholihin," kata Huda kepada detiksurabaya.com, Jumat (4/11/2011).

Huda mengimbau kepada Polres Lamongan untuk melakukan pembinaan dan tindakan preventif kepada para anggota kepolisian agar lebih berhati-hati dan profesional dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Sehingga insiden penembakan terhadap Riyadus Sholihin tidak terjadi di Lamongan.

"Kami juga mengimbau kepada Polres Lamongan agar lebih mengefektifkan dan memaksimalkan fungsi kerja sama antar elemen masyarakat maupun lembaga yang terkait dalam proses pencegahan dan penegakan hukum yang terjadi di Lamongan," ungkapnya.

Sementara Wakapolres Lamongan, Kompol Tony Sugiarto usai menerima puluhan kader GP Ansor mengatakan, pihaknya menyampaikan rasa terima kasihnya karena memberi dukungan kepada polisi untuk mengusut tuntas kasus tersebut.

Untuk Lamongan, kata Tony, pihaknya mengaku akan melakukan pembinaan ke dalam agar kejadian seperti di sidoarjo tidak terjadi di Lamongan. "Kami juga meminta agar polisi lebih arif dalam menghadapi masyarakat," katanya.

Sabtu, 11 Juni 2011

Harlah Ansor ke 77 dan HUT ke 422 Lamongan, Ansor Gelar Lomba Dayung Perahu Tradisional

Salah satu anak Sungai Bengawan Solo di Lamongan, Sungai Bengawan Njero, sering meluap hingga menyebabkan banjir. Kondisi ini menarik bagi PC GP Ansor menggelar lomba dayung tradisional memperingati HUT ke 422 Lamongan.

Para peserta yang ikut harus menempuh jarak 200 meter Sungai Bengawan Njero
yang melintas di Desa Blawi Kecamatan Karang Binangun, ini berlangsung meriah. Pasalnya, warga yang sudah terbiasa menggunakan perahu sebagai alat transportasi ini baru pertama kali melihat lomba balap perahu tradisional.

Ketua GP Ansor Lamongan, Khoirul Huda mengatakan, lomba dayung perahu tradisional ini sengaja digelar untuk lebih melestarikan perahu tradisional di Lamongan. "Perahu adalah salah satu alat transportasi utama bagi warga yang hidup di sekitar Bengawan Njero," kata Huda kepada ansor.com di lokasi, Sabtu (28/5/2011).

Dia menjelaskan, pihaknya juga ingin mengkampanyekan tentang enceng gondok yang menjadi masalah anak sungai. Dengan menggelar lomba ini, pihaknya ingin mengatakan jika enceng gondok yang memenuhi Bengawan Solo adalah masalah bersama.

Lomba dayung perahu tradisional ini menggunakan perahu tradisional yang panjangnya sekitar 4 meter. Sementara, satu tim dayung perahu tradisional terdiri dari 6 orang. 5 Orang berlaku sebagai pendayung dan 1 orang lagi sebagai penabuh genderang dari galon air minum.

Khorul Huda menerangkan, lomba dayung perahu tradisional ini memperebutkan hadiah uang tunai. "Kami akan mencoba untuk membuat lomba dayung perahu tradisional ini menjadi agenda rutin," pungkasnya.

Kemah Bhakti Kebangsaan GP Ansor: Pemuka Katolik Minta Teruskan dan Amalkan Pemikiran Gus Dur

Budayawan Romo Benny mengaku sangat kagum dengan buah pemikiran KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tentang kebangsaan. Tetapi sayang, pemikirannya tersebut kini kurang direspons, termasuk oleh para kader muda Nahdlatul Ulama (NU), seperti GP Ansor. Saat menjadi narasumber dalam Kemah Bhakti Kebangsaan GP Ansor di lapangan Rowo, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, pimpinan Katolik yang dikenal cukup dekat dengan mantan Presiden RI ke-4 itu menyebut, pemikiran Gus Dur soal ekonomi bangsa dianggap bagus. “Gus Dur dekat dengan Israel itu bukan tanpa arti, katanya.
Saat bertemu mantan ketua PBNU itu, jelas Benny, kedekatan Gus Dur dengan Israel itu sebagai upaya membangun ekonomi Indonesia. Sebab, harus diakui bahwa Israel memegang keuangan dunia. “Gus Dur juga dekat China karena China itu juga kuat ekonominya,” ujarnya.
Dalam membangun perekonomian di Indonesia, masih kata Benny, Gus Dur berupaya mengabngun ekonomi justru dari tingkat grass root atau rakyat kecil. “Bagi Gus Dur bila rakyat yang ada di paling bawah sudah sejahtera, maka bangsa akan makmur,” ungkapnya.
Selama pemerintahan Orde Baru, warga NU sering dipinggirkan oleh negara. Semua ini terjadi, jelas dia, karena NU yang warganya cukup banyak itu tidak meiliki kekuatan dalam bidang ekonomi. “Inilah yang digarap Gus Dur selama menjadi Ketua Umum PBNU dan Presiden,” cetusnya.
Romo Benny menyayangkan buah pemikiran Gus Dur itu kurang diminati penerusnya. Padahal, pemikirannya itu sangat bagus. “Kader Ansor seharusnya yang melaksanakan dan meneruskan pemikiran-pemikiran Gus Dur,” harapnya.
Untuk menanggulangi gerakan radikal yang akhir-akhir ini marak, budayawan yang pernah tinggal di Yigyakarta itu lagi-lagi mengingatkan buah pemikiran Gus Dur. “Gerakan radikal masalah ideologi, maka innni dihadapi dengan ideologi, polisi tidak bisa mengatasinya,” sebutnya.
Kegiatan seperti KBK yang digelar GP Ansor itu dianggap sangat tepat dalam mengatasi gerakan radikal. Sebab, di antara solusi dalam mengatasi gerakan radikal adalah melalui pelatihan dan pendidik

GP Ansor Gelar Kemah Bhakti Kebangsaan

Pembukaan Kemah Bhakti Kebangsaan dalam rangka Harlah GP Ansor Ke – 77, yang digelar di Lapangan Rowo, Kalipuro, Ketapang Banyuwangi, Kamis (2/6) berlangsung marak. Selain dibuka langsung Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) RI Agung Laksono, yang didampingi Ketua Umum PP GP Ansor, Nusron Wahid, Ketua PP GP Ansor sekaligus Bupati Banyuwangi, H Abdullah Azwar Anas, MSi, mantan Ketua Umum PP GP Ansor yang juga Ketua PBNU, Drs Slamet Effendi Yusuf dan seluruh alim ulama dan kader GP Ansor “tumplek blek” di Bumi Rowo.
Sekitar pukul 11.00 Wib acara yang dihadiri ribuan kader GP Ansor dari seluruh Jawa Timur dimulai. Diawali dengan tarian khas Banyuwangi, oleh pelajar-pelajar, juga diselingi lagu Mars Ansor. Menariknya, Mars Ansor ini dinyanyikan oleh pelajar SMUK Khatolik Hikmah Mandala, hal ini seolah mengisyaratkan jika roh Kemah Bhakti kebangsaan mulai terwujud. Karena, disini jelas bisa dilihat nilai-nilai semangat toleransi, kebangsaan dari berbagai elemen yang ada disini.
Baru sekitar, pukul 13.00 Wib, yang ditunggu-tunggu Menkokesra Agung Laksono memberikan sambutan sekaligus membuka cara tersebut. Dalam sambutannya, Menkokesra Agung Laksono, menyambut baik adanya kegiatan Harlah GP Ansor yang diadakan di Bumi Blambangan ini. Bahkan Wakil Ketua Partai Golkar ini, memberikan apresiasif yang tinggi terhadap pemuda Ansor yang sangat gigih di tengah era globalisasi ini memperjuangkan nilai-nilai kebangsaan.
“Saya teringat pidatonya Bung Karno. Kata beliau,” Beri Aku 10 pemuda, akan ku taklukkan dunia ini. Ini membuktikan betapa penting peran pemuda dalam suatu kesatuan negara,” tutur Menkokesra diawal sambutannya.
Menkokesra juga mengatakan, apa yang dilakukan Pemuda Ansor hari ini bisa ditiru atau diikuti pemuda – pemuda lain di seluruh Indonesia. Karena pemuda adalah tonggak bangsa, jika semua seperti ini pastilah negara akan maju.
Lebih lanjut Agung Laksano juga mengatakan dengan pertemuan antar Organisasi Kepemudaan tersebut para pemuda bisa menjadi garda terdepan untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan tidak melupakan keanekaragaman budaya dan agama yang menjadi cikal bakal NKRI.
“Dengan acara seperti ini diharapkan bisa menghargai kemajemukan dan kebhinekaan sehingga bisa terjalin persaudaraan antar suku dan umat beragama,” Ungkap Menkokesra Agung Laksono.
Tidak bisa dipungkiri kehadiran Menkokesra kali ini memang bisa memberikan semangat yang luar biasa bagi acara ini, meski ditengah terik matahari, nyaris seluruh GP Ansor yang ada dikemah berada dibawah podium hanya untuk mendengarkan secara seksama pidato Agung Laksono.
Sementara itu, Ketua PP GP Ansor, Abdullah Azwar Anas, dalam sambutannya mengatakan, acara ini merupakan pertemuan yang sangat penting karena dalam Harlah kali ini semua tokoh lintas agama hadir di bumi Kemah Bhakti Kebangsaan. “Ini merupakan embrio gerakan kebangsaan di Republik ini, sekaligus ini salah satu embrio yang melahirkan sumpah pemuda,” kata Bupati Banyuwangi ini.
Ketua PP GP Ansor ini, juga mengucapkan selamat dan sukses atas acara ini dan memberikan penghargaan kepada Pemuda Ansor yang telah mengadakan acara ini. “Mudah-mudahan Kemah Bhakti Kebangsaan ini, bisa memberikan dampak positif yang luas bagi Banyuwangi khususnya, dan bagi bangsa Indonesia umumnya,” harap mantan anggota DPR RI ini.
Selain memberikan ucapan, Bupati Anas juga sempat memaparkan dihadapan menteri tentang program yang sedang digalakkan, yakni pengentasan kemiskinan. Dalam paparannya, Bupati Anas menunjukkan keberhasilan Pemkab Banyuwangi menjadi satu-satunya kabupaten yang berhasil mengucurkan kredit KUR kepada masyarakat miskin. “Dalam dua bulan ini, program KUR telah bisa dinikmati 2.200 orang dengan pinjaman Rp 1 – 10 juta,” ujarnya.
Selain sambutan tokoh-tokoh di atas, Ketua Umum PP GP Ansor, Nusron Wahid dan mantan Ketua Umum PP GP Ansor yang juga Ketua PBNU, Drs Slamet Effendi Yusuf juga memberikan dukungan dan harapan kepada Pemuda Ansor dalam sambutanya.
Akhirnya, sekitar pukul 13.15 Wib, acara yang juga dihadiri seluruh pejabat komponen Pemkab, Muspida, MUI dan Banser dan Aparat TNI ini berakhir, yang ditandai dengan penabuhan gong sebagai tanda diresmikan acara ini oleh Menkokesra.
Acara Kemah Bhakti Kebangsaan, akan berlangsung selama tiga hari, 2 – 4 Juni besok. Sebagai rangkaian puncak pembukaan, malam ini Kemah Bhakti Kebangsaan, akan diramaikan dengan pagelaran Wayang Kulit dengan dalang kondang Ki Entus Susmono yang sebelumnya akan diperdengarkan pengajian umum oleh, KH R Kholil As’ad Syamsul Arifin. Acara juga akan dilanjutkan dengan acara napak tilas, seminar, bedah rumah, pengobatan gratis dan bhakti sosial.

Dalam acara kemah tersebut diikuti sekitar ribuan orang utusan GP Ansor dari penjuru tanah air dan Organisasi Kepemudaan dari Jawa Timur, baik dari Organisasi Mahasiswa dan Organisasi keagamaan.

Jumat, 04 Februari 2011

Farid Pimpin PAC GP Ansor NU Paciran

3 Februari 2011


HASIL KONFERANCAB GP ANSOR PACIRAN

Farid Pimpin PAC GP Ansor NU Paciran

Lamongan, NU Online
Konferensi Anak Cabang merupakan forum permusyawaratan tertinggi gerakan Pemuda Ansor di tingkat Kecamatan. Dilaksanakan Senin, 31 Januari 2011 bertempat di Kantor NU Kec. Paciran.

Hadir dalam acara tersebut Khoirul Huda (Ketua GP Ansor Lamongan sekaligus membuka acara), jajaran pengurus MWC NU Kecamatan Paciran antara lain KH. Salim Azhar (Rois Syuriah) dan Khoirul Anwar (Ketua).

Dalam sambutannya, Khoirul Huda mengatakan bahwa GP. Ansor harus merevitalisasi model gerakan yang dilaksanakan terutama dalam bidang kaderisasi, dalam bidang pengabdian masyarakat huda juga mnegharapakan agar kader Ansor di Kecamatan Paciran turut peduli terhadap apa yang dialami para nelayan dan petani pada saat-saat ini, selain itu Huda juga banyak menyinggung tentang keputusan Kongres GP Ansor yang baru dilaksanakan di Surabaya kemarin.

Konferensi Anak Cabang diikuti 11 Pimpinan Ranting (sebutan untuk GP Ansor tingkat Desa) serta 150 Anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) se Kecamatan Paciran.

Dalam konferensi tersebut Ahmad Farid yang sebelumnya menjabat sekretaris PAC. GP Ansor Paciran periode sebelumnya, menjadi ketua setelah dua kandidat lainnya Achnes Asfandi (Sendangagung) dan Mundzir (Dengok) terganjal usia persyaratan menjadi seorang ketua yang terdapat dalam PD/PRT (tidak lebih dari 40 tahun).

Dalam konferensi cabang tersebut juga dibahas berbagai macam pokok program selama 3 tahun kedepan antara lain ; penguatan kaderisasi dan kelembagaan, pemberdayaan umat serta advokasi nelayan dan petani sebagai bagian dari pengabdian masyarakat.

Senin, 17 Januari 2011

Nusron Wahid: Babak Baru GP Ansor

Politikus Golkar, Nusron Wahid, akhirnya terpilih menggantikan H Saifullah Yusuf (Gus Ipul) untuk memimpin Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor periode 2011-2015.Anggota DPR asal Kudus, Jawa Tengah, itu terpilih menjadi Ketua Umum GP Ansor yang baru dalam sidang pemilihan pada hari terakhir Kongres XIV GP Ansor di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, Senin (17/1/2011).
Nusron terpilih dalam pemilihan dua putaran, yakni putaran pertama pada Minggu malam dengan hasil 257 suara dan putaran kedua pada Senin siang dengan hasil 345 suara.
Dalam putaran pertama, Nusron Wahid bersaing ketat dengan Marwan Ja'far (Partai Kebangkitan Bangsa) yang memperoleh 183 suara sehingga keduanya berhak maju ke putaran kedua.
Kandidat lain, seperti Chotibul Umam Wiranu (Demokrat) hanya meraih 40 suara, meski Umam sebelumnya diprediksi merupakan rival terkuat dari Nusron Wahid.
Selain itu, Syaifullah Tamliha (PPP) meraih 40 suara, Munawar Fuad 3 suara, Malik Haramain (PKB) 1 suara, Andi 1 suara, Choirul Sholeh Rosyid 1 suara, dan Yoyo 1 suara.
Dalam putaran kedua, kandidat yang berhak mengikuti pemilihan harus mengantongi suara minimal 99 suara sehingga hanya tersisa dua kandidat, yakni Nusron dan Marwan.
Hasil putaran kedua dalam sidang pemilihan yang dipimpin Ketua Umum PP GP Ansor demisioner H Saifullah Yusuf adalah Nusron Wahid meraih 345 suara dan Marwan Ja'far 161 suara.
"Pemilihan kali ini luar biasa karena semua kandidat bisa maju. Prosesnya juga berlangsung demokratis, jujur, adil, dan bisa dilihat semua orang," kata Gus Ipul yang juga Wakil Gubernur Jawa Timur itu.
Nusron akan menyusun kepengurusan dengan didampingi sembilan formatur dari Jawa Timur, Banten, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat, Maluku, dan NTT.
"Kita mulai babak baru yang bukan akhir, tapi awal dari perjuangan. Oleh karena itu, mari bangun basis di daerah dan akhiri pertikaian selama kongres. Enggak ada lagi kelompok, friksi, dendam, maupun kesumat," kata Nusron dalam sambutannya setelah terpilih.
Ia meminta pendukungnya untuk tidak mendukung dirinya lagi pascakongres, tapi justru mengkritik dan menagih janji kepada dirinya.
"Indonesia membutuhkan NU, tapi NU isinya masih kosong akibat konflik. Oleh karena itu, Ansor akan membenahi NU supaya NU menjadi payung besar Islam di Indonesia," ujarnya.
Dalam sambutan penutupan mewakili Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Gus Ipul menyampaikan lima wasiat kepada penggantinya, Nusron Wahid.
"Saya tidak menyampaikan pesan, tapi saya menyampaikan wasiat. Pertama, Ansor di tingkat ranting masih ada 40-50 persen dari 80.000 lebih karena sisanya harus dilanjutkan," katanya.
Wasiat kedua adalah memperkuat hubungan dengan PBNU. "Meski ada perbedaan, paling tidak ada dalam satu frekuensi," kata Gus Ipul yang sempat berseberangan dengan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi itu.
Wasiat berikutnya, dorong peningkatan sumber daya manusia sesuai kompetensi, kunjungi daerah-daerah yang terpencil, serta bangun jaringan dengan pihak luar seperti birokrat, pengusaha, dan TNI/Polri.

Nusron Wahid Janji Ubah Wajah Ansor

Nusron Wahid akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum PP GP Ansor menggantikan Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Nusron akan memimpin Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor untuk periode 2011-2015. Anggota DPR RI asal Kudus, Jateng, itu terpilih menjadi Ketua Umum PP GP Ansor yang baru dalam Kongres XIV GP Ansor di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Senin (17/1) kemarin. Nusron terpilih dalam pemilihan dua putaran yakni putaran pertama pada Minggu (16/1) malam di mana dia meraih 257 suara dan putaran kedua Senin (17/1) siang dengan hasil 345 suara.
Dalam putaran pertama, Nusron Wahid bersaing ketat dengan Marwan Dja’far yang memperoleh 183 suara, hingga keduanya berhak maju ke putaran kedua. Sedang kandidat lain seperti Khatibul Umam Wiranu (Demokrat) yang hanya meraih 40 suara, kandas. Sebelumnya Umam diprediksi merupakan rival terkuat dari Nusron Wahid.
Begitu pula Syaifullah Tamliha (PPP) meraih 40 suara, Munawar Fuad dengan tiga suara, Malik Haramain (PKB) dengan satu suara, Andi satu suara, Choirul Sholeh Rosyid satu suara, dan Yoyo satu suara. Lalu dalam putaran kedua, kandidat yang berhak mengikuti pemilihan harus mengantongi suara minimal 99 suara sehingga hanya tersisa dua kandidat yakni Nusron dan Marwan. Hasil putaran kedua akhirnya dimenangkan oleh Nusron Wahid dengan 345 suara dan Marwan Dja’far 161 suara.
“Pemilihan kali ini luar biasa, karena semua kandidat bisa maju. Prosesnya juga berlangsung demokratis, jujur, adil, dan bisa dilihat semua orang,” kata Gus Ipul.
Nusron yang terpilih pada 17-1-2011 pukul 09.09 WIB itu akan menyusun kepengurusan didampingi sembilan formatur dari Jatim, Banten, Sumbar, Sulsel, Kalteng, Malut, Papua Barat, Maluku, dan NTT. “Kita mulai babak baru yang bukan akhir, tapi awal dari perjuangan, karena itu saya minta jangan mendukung saya lagi pasca-Kongres, tapi justru mengkritik dan menagih janji saya,” katanya.
Janji itu adalah dia ingin mengubah citra Ansor sebagai organisasi kemasyarakatan pemuda politik. “Lima tahun ke depan, saya ingin melakukan perubahan besar untuk citra dan wajah Ansor yang dikenal sebagai OKP politik,” katanya sesaat setelah terpilih.
Didampingi Ketua PW GP Ansor Jatim, Alfa Isnaini, selaku Ketua Panitia Pelaksana Kongres XIV GP Ansor, dia mengatakan, perubahan citra itu tidak hanya dilakukan dengan pernyataan, tapi juga tindakan. “Di bidang politik, kader-kader Ansor selama ini belum disiplin, kapan berpolitik, kapan berjamiyah Ansor, sehingga Ansor tercitrakan sebagai OKP politik,” katanya.
Contoh lain, kata dia, ketika dirinya yang kebetulan politisi menjadi kandidat Ketua Umum Ansor, maka hal itu langsung dikaitkan sebagai adanya intervensi politik.
“Ansor sebenarnya tidak mungkin melarang kadernya berpolitik, karena hal itu sama halnya dengan melarang kader Ansor menjadi pemimpin nasional, sebab pemimpin nasional itu bersumber dari partai politik,” katanya.
Namun, kata dia, politisi dari Ansor harus ada bedanya, yakni politisi yang disiplin, tidak korupsi, dan sebagainya.
“Ansor itu nggak ada urusan dengan politik, tapi individu boleh saja berpolitik, asalkan tanpa menggunakan baju Ansor, stempel Ansor, dan sebagainya,” katanya.
Ditanya tentang pesan Gus Ipul untuk membenahi hubungan antara Ansor dengan PBNU yang selama kepemimpinannya terkesan kurang harmonis, dia menegaskan hubungan NU-Ansor tidak ada masalah. “Itu hanya kesan orang, tapi Ansor sebagai badan otonom NU tentu ada cara berorganisasi tersendiri dalam sinergi pengkaderan,” katanya.
Oleh karena itu, dia menambahkan, NU-Ansor hendaknya tidak dibenturkan, karena Ansor bertugas merealisasikan cita-cita besar NU. “Cita-cita NU adalah membangun peradaban dengan nilai ideologi ke-Islaman berbasis ke-Indonesiaan, jadi tugas Ansor adalah penyelamatan ideologi,” katanya.
Mengenai hubungan Ansor dengan pemerintah, dia mengatakan hal itu sama dengan hubungan NU dengan pemerintah yakni bukan oposisional. “Hubungan bukan oposisional itu mengkritik bila pemerintah bertindak zalim, tapi juga mendukung bila melayani rakyat,” katanya.
Mengenai rumor adanya orang Cikeas yang mau menjadi Penasihat PP GP Ansor, dia mengatakan hal itu tidak ada masalah, asalkan dia pernah aktif di Ansor atau NU.
“Orang mau menasihati, kok tidak diterima, orang mau berbuat baik kok ditolak. Yang penting, dia tidak `ujug-ujug` (datang secara tiba-tiba), tapi dia pernah di NU atau Ansor. Kalau bukan NU ya di-NU-kan dulu, bukan langsung jadi penasihat,” katanya.
Diminta lepas politik
Sementara itu Wakil Rais Aam Nahdlatul Ulama (NU), KH Musthofa Bisri (Gus Mus) menyarankan agar Ketua Umum Ansor terpilih menon-aktifkan diri dari partai politik dan sepenuhnya mengurus Ansor. Langkah itu menurut Gus Mus akan lebih baik dan lebih sesuai dengan khittah NU.
“Kalau berani, keluar dari parpol dan hanya ngurus Ansor. Saya kira itu lebih ideal,” kata Kiai pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang, Jawa Tengah ini, menjawab pertanyaan NU Online via Twitter.
Dalam pernyataannya setelah terpilih sebagai Ketua Gerakan Pemuda Ansor periode 2011-2015, Nusron Wahid menegaskan bahwa ia tidak akan membawa Ansor ke politik. Hal itu menanggapi pertanyaan wartawan terkait keberadaan Nusron sebagai politisi dan anggota DPR Partai Golkar. Namun Gus Mus mengatakan bahwa janji tidak membawa Ansor ke politik tidak cukup. Karena itu bisa saja retoris. “Janji juga untuk tidak membawa politik ke Ansor gak?,’ tanya Gus Mus

Nusron Wahid Pimpin GP Ansor 2011-2016

Politisi Golkar Nusron Wahid akhirnya terpilih menggantikan H Saifullah Yusuf (Gus Ipul) untuk memimpin Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor periode 2011-2016. Anggota DPR asal Kudus, Jateng itu terpilih menjadi Ketua Umum GP Ansor yang baru dalam sidang pemilihan pada hari terakhir Kongres XIV GP Ansor di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Senin.
Nusron terpilih dalam pemilihan dua putaran yakni putaran pertama pada Minggu (16/1) malam dengan hasil 257 suara dan putaran kedua pada Senin (17/1) siang dengan hasil 345 suara.
Dalam putaran pertama, Nusron Wahid bersaing ketat dengan Marwan Jakfar (PKB) yang memperoleh 183 suara, sehingga keduanya berhak maju ke putaran kedua.
Kandidat lainnya seperti Chotibul Umam Wiranu (Demokrat) hanya meraih 40 suara, meski Umam sebelumnya diprediksi merupakan rival terkuat dari Nusron Wahid.
Selain itu, Syaifullah Tamliha (PPP) meraih 40 suara, Munawar Fuad dengan tiga suara, Malik Haramain (PKB) dengan satu suara, Andi satu suara, Choirul Sholeh Rosyid satu suara, dan Yoyo satu suara.
Dalam putaran kedua, kandidat yang berhak mengikuti pemilihan harus mengantongi suara minimal 99 suara, sehingga hanya tersisa dua kandidat yakni Nusron dan Marwan.
Hasil putaran kedua dalam sidang pemilihan yang dipimpin Ketua Umum PP GP Ansor demisioner H Saifullah Yusuf selaku pimpinan sidang adalah Nusron Wahid meraih 345 suara dan Marwan Jakfar 161 suara.
“Pemilihan kali ini luar biasa, karena semua kandidat bisa maju. Prosesnya juga berlangsung demokratis, jujur, adil, dan bisa dilihat semua orang,” kata Gus Ipul yang juga Wagub Jatim itu.
Nusron yang terpilih pada 17-1-2011 pukul 09.09 WIB itu akan menyusun kepengurusan dengan didampingi sembilan formatur dari Jatim, Banten, Sumbar, Sulsel, Kalteng, Malut, Papua Barat, Maluku, dan NTT.

Visi Politikus Golkar Memimpin GP Ansor

Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor terpilih untuk periode jabatan 2011-2016, Nusron Wahid, berjanji tidak akan memberi kebebasan Gerakan Pemuda Ansor sebagai institusi untuk berpolitik. Dan, dia bertekad, di bawah kepemimpinannya, organisasi massa yang berada di bawah Nahdlatul Ulama ini diarahkan menuju perubahan yang lebih baik.
“Tapi kami tidak akan melarang kader Ansor untuk berpolitik, karena itu sama halnya dengan membelenggu kebebasan dan menyumbat kreativitas dan prestasi kader,” kata Nusron Wahid dalam keterangan pers di Hall D, Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, usai dipastikan dirinya sebagai pemenang pemilihan, Senin 17 Januari 2011.
Hanya saja, kata NW, saat ini dalam berpolitik kader Ansor belum disiplin. Menurutnya, kader-kader Ansor harus berpolitik dengan individual politik, bukan membawa organisasi. Termasuk dengan merubah paradigma politik yang berkembang.
Menurutnya, paradigma politik yang terbangun saat ini dibarengi dengan citra bahwa Ansor identik dengan politik. “Sehingga saat kongres selalu muncul wacana bahwa setiap kader dari partai politik yang ikut maju sebagai calon, terus dihembuskan Ansor akan dibawa kepada kepentingan partai politik tertentu,” kata salah satu ketua departemen di Partai Golkar itu.
Ia juga menjelaskan, politik ke-Ansoran sama dengan politik dari PBNU saat ini. Kepada pemerintah, PBNU tidak bersikap oposisional. Dalam bersikap kepada pemerintah PBNU lebih bersikap proposional.
“Intinya politik PBNU lebih pada kemaslahatan umat,” ujar pria kelahiran Kudus, Jawa Tengah ini.
Nusron berhasil mengalahkan 7 nama lain yang ikut meramaikan bursa kandidat. Dari delapan orang itu, akhirnya muncul dua nama terkuat yakni, Nusron Wahid dan Marwan Jakfar yang aktif di Partai Kebangkitan Bangsa.
Kedua nama ini yang memperoleh dukungan tertinggi yakni di atas 99 suara. Nusron Wahid mendapat suara terbanyak yakni 257 suara, selanjutnya Marwan Jakfar (183 suara), Khatibul Umam Wiranu (40 suara), Saiful Tamlika (24 suara), Munawar Fuad (3 suara), Ireng R mendapat (1 suara), Choirul Sholeh Rasyid (1 suara), Andi Ali (1 suara), Malik Haromain (1 suara), kandidat Yoyo juga mendapat (1 suara). Total suara keseluruhan 512 suara, dan ada 4 utusan yang tidak hadir.
Nusron Wahid sudah dua periode duduk di Dewan Perwakilan Rakyat. Pria kelahiran Kudus, 12 Oktober 1973, ini menamatkan sekolah dasar sampai menengah atas di Kudus. Nusron menamatkan S1 di Ilmu Sejarah Universitas Indonesia dan saat ini sedang menempuh pendidikan doktoral di Institut Pertanian Bogor.
Sebagai politikus, Nusron adalah Ketua Hubungan Daerah Jawa Tengah Fraksi Partai Golkar DPR. Nusron duduk di Komisi XI, juga menjabat ketua Panitia Kerja OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Sementara di DPP Golkar, Nusron adalah salah satu Ketua Departemen di bawah Bidang Kajian dan Kebijakan DPP Golkar yang diketuai Rizal Mallarangeng. (vivanews.com)

Politik Ansor di Era Nusron Wahid

Siapa pun agaknya tahu, Ansor bukanlah partai politik (parpol), tapi siapa pun mungkin tahu bahwa Nusron Wahid adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor yang juga politisi.
Sejak awal, politisi Partai Golkar yang kelahiran Kudus, Jawa Tengah, 12 Oktober 1973 itu diprediksi memenangkan pemilihan Ketua Umum GP Ansor dalam Kongres ke-14 di Surabaya, 13-17 Januari 2011.
Pemuda asal Desa Mejobo, Kudus, yang alumnus Madrasah Qudsiyah dan SMA NU Al Ma`ruf di Kudus itu menjadi Ketua Umum PP GP Ansor setelah memenangkan “all final politisi” bersama Marwan Jakfar (DPR/PKB).
Kemenangan itu bermula dari perdebatan tentang aturan batasan usia calon ketua umum maksimal 40 tahun yang cukup alot hingga menghadirkan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj untuk memutuskan.
Pembatasan usia itu dibahas sejak dari sidang Komisi A (komisi organisasi) di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Sabtu (15/1) malam, hingga sidang pleno pada Senin (17/1) dinihari.
Batasan usia itu menjadi tarik ulur dalam sidang pleno, karena batasan itu meniadakan kans Khatibul Umam Wiranu dan Syaifullah Tamliha (politisi PPP), lalu akan menyisakan peluang untuk Nusron Wahid (politisi Golkar) dan Marwan Jakfar (politisi PKB).
Pembahasan Pasal 20 ayat b tentang batasan umur 40 tahun itu sempat membuat sidang Komisi A ditunda pada Sabtu (15/1) malam dan sempat ada kesepakatan untuk menerima batasan itu pada Minggu (16/1) siang.
Namun, kesepakatan itu diperdebatkan lagi saat sidang pleno, terutama pemberlakuan batasan usia 40 tahun itu, apakah periode 2011-2015 merupakan masa transisi atau aturan itu langsung diberlakukan batasan usia itu.
Dalam penjelasannya, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj sempat menyatakan bahwa Muktamar NU di Makassar (2010) masih memberi toleransi hingga periode berikutnya, tapi peserta mendesak agar hal itu diputuskan Kongres Ansor saja.
“Aturan itu sudah berlaku di Kongres Fatayat yang lalu. Calon di atas 40 masih boleh. Jika memang aturan batas usia itu wajib dilaksanakan pada Kongres Ansor saat ini, tentu ART NU tidak perlu ada penjelasan bahwa aturan diberlakukan setelah kongres terdekat. Kalau diwajibkan sekarang berlaku, tidak butuh penjelasan,” katanya (16/1).
Akhirnya, peserta menyepakati masa pemberlakuan batas usia maksimal 40 tahun bagi calon untuk Kongres berikutnya (ke-15), sehingga seluruh kandidat Ketua Umum GP Ansor bisa maju ke pencalonan.
“Sudah disepakati semua kandidat boleh mengikuti pencalonan,” kata salah seorang kandidat, Choirul Sholeh Rasyid, Senin (17/1) dinihari.
Kesepakatan itu dihasilkan dalam musyawarah yang dipimpin Ketua Umum PP GP Ansor demisioner Saifullah Yusuf yang memutuskan aturan batasan usia tidak diberlakukan dalam kongres sekarang, melainkan kongres berikutnya.
Dalam proses pemilihan, legislator yang juga alumnus Universitas Indonesia Jakarta dan Institut Pertanian Bogor (IPB) itu terpilih dalam pemilihan dua putaran.
Saat putaran pertama pada Minggu (16/1) malam, Nusron meraih 257 suara dan putaran kedua pada Senin (17/1) siang dengan 345 suara. Dalam putaran pertama, Marwan Jakfar (PKB) memperoleh 183 suara, sehingga berhak maju ke putaran kedua bersama Nusron.
Politik Ansor
Masalahnya, apakah GP Ansor era kepemimpinan Nusron Wahid yang politisi itu akan membuat Ansor masuk ranah politik?
“Lima tahun ke depan, saya ingin melakukan perubahan besar untuk citra dan wajah Ansor yang dikenal sebagai OKP politik,” katanya sesaat setelah terpilih dalam Kongres XIV Ansor di Surabaya (17/1).
Didampingi Ketua PW GP Ansor Jatim Alfa Isnaini selaku Ketua Panitia Pelaksana Kongres XIV GP Ansor, ia mengatakan perubahan citra itu tidak hanya dilakukan dengan pernyataan, tapi juga tindakan.
“Di bidang politik, kader-kader Ansor selama ini belum disiplin, kapan berpolitik, kapan berjamiyah Ansor, sehingga Ansor tercitrakan sebagai OKP (organisasi kemasyarakatan pemuda) politik,” katanya.
Contoh lain, katanya, ketika dirinya yang kebetulan politisi menjadi kandidat Ketua Umum Ansor, maka hal itu langsung dikaitkan sebagai adanya intervensi politik.
“Ansor sebenarnya tidak mungkin melarang kadernya berpolitik, karena hal itu sama halnya dengan melarang kader Ansor menjadi pemimpin nasional, sebab pemimpin nasional itu bersumber dari partai politik,” katanya.
Namun, kata Ketua Umum PP GP Ansor pengganti H Saifullah Yusuf (Gus Ipul) itu, politisi dari Ansor itu harus ada bedanya, yakni politisi yang disiplin, tidak korupsi, dan sebagainya.
“Ansor itu nggak ada urusan dengan politik, tapi individu boleh saja berpolitik, asalkan tanpa menggunakan baju Ansor, stempel Ansor, dan sebagainya. Kalau berpikir 2014 (Pemilu/Pilpres) juga nanti tahun 2014 saja,” katanya.
Mengenai hubungan Ansor dengan pemerintah, ia mengatakan hal itu sama dengan hubungan NU dengan pemerintah yakni bukan oposisional.
“Hubungan bukan oposisional itu mengeritik bila pemerintah bertindak zalim, tapi juga mendukung bila melayani rakyat,” kata mantan aktivis mahasiswa itu.
Ditanya tentang pesan Gus Ipul untuk membenahi hubungan antara Ansor dengan PBNU yang selama kepemimpinannya terkesan kurang harmonis, ia menegaskan bahwa hubungan NU-Ansor itu tidak ada masalah.
“Itu hanya kesan orang, tapi Ansor sebagai badan otonom (banom) NU tentu ada cara berorganisasi tersendiri dalam sinergi perkaderan,” katanya.
Oleh karena itu, katanya, NU-Ansor hendaknya tidak dibenturkan, karena Ansor itu bertugas merealisasikan cita-cita besar NU.
“Cita-cita NU adalah membangun peradaban dengan nilai ideologi ke-Islaman berbasis keindonesiaan, jadi tugas Ansor adalah penyelamatan ideologi,” katanya.
Agaknya, program pemuda yang bersifat membangun peradaban melalui ideologi kebangsaan dan kenegaraan yang kritis, objektif, dan tidak radikal itu merupakan politik Ansor, bukan Ansor politik atau Ansor yang berpolitik praktis. (http://www.antaranews.com/berita/1295285228/politik-ansor-di-era-nusron-wahid)

Seluruh Kandidat Ketua Umum Ansor Bisa Maju

Seluruh kandidat Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor akhirnya bisa maju ke pencalonan setelah persoalan batas usia maksimal 40 tahun bagi calon disepakati tidak diberlakukan dalam kongres ke-14 di Surabaya, Senin dini hari. “Sudah disepakati semua kandidat boleh mengikuti pencalonan,” kata salah seorang kandidat, Choirul Sholeh Rasyid.
Batas usia 40 tahun sebelumnya disepakati masuk dalam Peraturan Dasar/Peraturan Rumah Tangga Ansor, namun soal waktu pemberlakuan aturan itu terjadi perdebatan alot dan keras.
Sebagian peserta menghendaki aturan itu diberlakukan seketika dalam kongres saat ini, sementara sebagian yang lain menghendaki diberlakukan pada kongres berikutnya.
Jika aturan itu diberlakukan sekarang, maka sejumlah kandidat akan terganjal karena telah berusia di atas 40 tahun. Mereka adalah Khatibul Umam Wiranu, Syaifullah Tamliha, dan Chairul Sholeh Rasyid.
Perdebatan soal waktu pemberlakuan aturan batasan usia dipicu kepentingan masing-masing pendukung kandidat dan perbedaan penafsiran terhadap aturan dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga NU terkait badan otonomnya, termasuk Ansor.
Dalam AD/ART NU hasil muktamar di Makassar 2010, disebutkan, batas usia calon ketua badan otonom Ansor dan Fatayat adalah 40 tahun yang pemberlakuannya setelah kongres terdekat organisasi itu.
Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj, yang didatangkan ke arena kongres untuk mengatasi kebuntuan dalam penjelasannya menyebutkan, aturan batas usia baru diberlakukan pada kongres berikutnya. Kongres Fatayat beberapa waktu lalu pun belum memberlakukan aturan itu.
Namun, ketika penjelasan itu dipertanyakan kembali oleh peserta kongres Ansor, Said Aqil kemudian menyerahkan kepada kongres untuk memutuskan apakah aturan itu akan dipakai dalam kongres sekarang atau tidak.
“Tapi untuk kongres berikutnya aturan itu wajib dilaksanakan,” katanya.
Setelah melalui musyawarah yang dipimpin Syaifullah Yusuf, Ketua Umum Ansor yang telah dinyatakan demisioner, diputuskan aturan batasan usia tidak diberlakukan dalam kongres sekarang.
Malik Haramain Mundur
Sementara itu Abdul Malik Haramain menyatakan mengundurkan diri dari pencalonan Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor dalam kongres ke-14 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.
“Saya mundur karena mendapat amanah dari orang tua,” kata Malik kepada wartawan, Minggu.
Malik mengaku tidak ada alasan lain terkait pengunduran dirinya itu.
Ia membantah mundur karena ada tekanan dari partainya, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang lebih memilih mendukung Marwan Jakfar yang juga Ketua Fraksi PKB DPR RI.
“Sampai sekarang PKB masih mempersilakan saya maju. Tidak ada tekanan dari PKB untuk menghentikan saya,” katanya.
Ia juga menolak disebut takut kalah jika terus mengikuti persaingan perebutan Ketua Umum Ansor, apalagi berembus isu tak sedap kongres diwarnai politik uang.
“Dukungan kepada saya sampai sekarang sudah memenuhi syarat untuk lolos putaran pertama. Kalau terus maju saya masih bisa meraih 65-75 persen suara,” katanya.
Sesuai tata tertib pemilihan, calon ketua umum minimal harus mendapat dukungan 99 suara dari 516 suara yang dimiliki pengurus wilayah dan cabang.
Terkait pendukungnya, mantan Sekjen GP Ansor itu menegaskan tidak mengarahkan mereka kepada kandidat tertentu.
“Saya beri kebebasan untuk menggunakan hak pilih sesuai hati nurani masing-masing. Saya yakin sahabat-sahabat sudah tahu siapa yang kompeten dan lebih maslahat,” katanya.

Aktivis PMII Mengais Rejeki di Kongres Ansor

Momentum Kongres GP Ansor XIV di Asrama Haji Sukolilo Surabaya dijadikan kesempatan untuk mengais rejeki oleh sejumlah aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Surabaya. Buktinya, mereka rela berjualan demi memperoleh untung dalam momentum 5 tahunan itu.
Para aktivis perempuan itu, menjual sejumlah pernak-pernik seperti gantungan kunci, rokok, kaos, serta beberapa aksesoris lain yang bisa ditawarkan kepada peserta kongres.
A’yun, 20, salah satu penjual sekaligus aktivis PMII Surabaya, mengaku sengaja menjual pernak-pernik itu. Sebab, hal itu diyakini pasti menarik terhadap peserta Ansor. “Hasilnya tidak untuk dimakan sendiri. Tapi, nanti akan diberikan ke kas organisasi PMII mas,” ujarnya mesem.
Demikan juga pengakuan Atik, aktivis PMII yang berjualan rokok. Diakuinya, meski nanti mendapatkan untung, uangnya pasti akan bermanfaat untuk organisasi yang dilahirkan dari rahim NU itu.
“Makanya ayo beli. Untungnya pasti bermanfaat mas,” imbuhnya seraya menawarkan.
Sementara itu, pengais rejeki yang lain adalah H.Abrori. Pria tukang pijet asal Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep ini, mengaku sudah biasa menjadi tukang pijet. Bahkan, setiap kongres atau muktamar NU, dipastikan hadir.
“Saya sudah sering jadi tukang pijet dalam momentum seperti sekarang. Sebab, untungnya lebih banyak. Kalau hari-hari biasa, orang minta pijet paling hanya 5-10 orang. Tapi, kalau ada acara seperti sekarang, mencapai 20-30 orang,” tegasnya.

Rabu, 05 Januari 2011

Kongres Ansor Pasti Dibuka Presiden SBY 13 Januari

  1. Kongres Ansor Pasti Dibuka Presiden SBY 13 Januari
Surabaya : Setelah ditunda beberapa kali, pelaksanaan Kongres ke-XIV Gerakan Pemuda (GP) Ansor akhirnya dipastikan digelar di Asrama Haji Sukolilo Surabaya pada 13-17 Januari 2011. Pembukaan akan dihelat di lapangan Makodam V/Brawijaya dan langsung dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor Saifullah Yusuf (Gus Ipul) kepada wartawan di RM Adem Ayem Surabaya, Rabu (5/1/2011) mengatakan, kongres ini akan diikuti 6.000 orang. Yakni, terdiri dari 2.000 peserta kongres (pengurus cabang, wilayah dan pusat GP Ansor se-Indonesia), 1.000 undangan dan sisanya ribuan Banser.
“Ada 3 hal yang menjadi agenda pokok kongres itu. Yakni, evaluasi peraturan dasar peraturan rumah tangga organisasi, di antaranya masa kepengurusan yang selama ini dua periode diubah satu periode. Kemudian, program kerja dan rekomendasi. Serta, laporan pertanggungjawaban pengurus sebelumnya serta pemilihan ketua umum baru,” tegasnya.
Tema Kongres Ansor kali ini adalah Meneguhkan Kerukunan Mewujudkan Kesejahteraan. Panitia juga mengundang Pemuda Panca Marga, Pemuda Pancasila, Pemuda Muhammadiyah, FKPPI, ormas kepemudaan, organisasi mahasiswa dan tokoh lintas agama.
Hingga saat ini, nama-nama yang memastikan akan meramaikan perebutan Ketua Umum GP Ansor dalam Kongres XIV antara lain, Chatibul Umam Wiranu (anggota FPD DPR RI yang juga Ketua GP Ansor), Malik Haramain (anggota FPKB DPR RI dan sekjen GP Ansor), Nusron Wahid (anggota FPG DPR RI dan mantan Ketua Umum PB PMII), Munawar Fuad (Vice President Pemuda se-Asia dan mantan Sekjen PP GP Ansor), dan Saiful Tamlika (anggota F-PPP DPR RI), Choirul Sholeh Rasyid (Mantan anggota F-PKB dan Salah satu Ketua PP GP Ansor), dan Yoyo Arifardhani (Anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Ketua PW GP Ansor Kalsel).
Semua Kandidat Ketum Punya Kans!
Gus Ipul memastikan, semua kandidat pengganti dirinya sama-sama berpeluang kuat memimpin Ansor. Semua kandidat itu akan memperebutkan sebanyak 503 suara pengurus cabang dan wilayah se-Indonesia. Artinya, satu cabang dan wilayah masing-masing satu suara.
“Umumnya kandidat itu banyak yang duduk sebagai anggota DPR RI. Mereka semuanya mempunyai peluang, karena sama-sama dikenal dan tidak asing lagi bagi kader Ansor. Saya netral dalam ajang kongres itu dan tidak mendukung salah seorang calon. Mereka semuanya teman saya,” tegas Gus Ipul kepada wartawan di RM Adem Ayem Surabaya, Rabu (5/1/2011).
Menurut dia, untuk menjadi seorang kandidat atau calon ketua umum, minimal harus memperoleh dukungan sebanyak 99 pengurus cabang. Diperkirakan, akan sulit terjadi aklamasi dalam perebutan Ketum Ansor, karena ada mekanisme pemilihan.
“Yang pasti ada perubahan aturan organisasi, dimana yang sebelumnya masa jabatan dua periode akan diperpendek menjadi satu periode saja. Ini untuk mempercepat proses kaderisasi di tubuh Ansor,” tuturnya.

Sabtu, 01 Januari 2011

Kongres Ansor Dipastikan 7 Januari 2011

Kongres Ansor Dipastikan 7 Januari 2011
Jumat, 24 Desember 2010 11:19

Setelah mengalami beberapa kali penundaan, akhirnya bisa dipastikan kongres ke XIV Ansor NU akan berlangsung pada 7-9 Januari 2011 di Asrama Haji Sukolilo Surabaya.

Hal ini disampaikan oleh Sekjen Ansor NU Malik Haramain kepada NU Online, Jum’at (24/12) di Jakarta.

“Undangan sudah kami cetak dan kami sebarkan, peserta dari seluruh Indonesia juga sudah siap untuk hadir,” katanya.

Total 547 cabang dan wilayah akan hadir pada perhelatan akbar ini. Setiap cabang akan diwakili oleh 3 peserta sedangkan wilayah akan diwakili oleh 4 orang.

Kongres kali ini akan mengambil tema Persaudaraan untuk Kebesaran Negeri dengan tagline “Satukan Barisan Membangun Negeri”.

Acara pembukaan akan digelar di Kodam V Brawijaya dengan apel akbar 10 ribu Banser dan rencananya dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Salah satu materi yang akan disahkan dalam kongres adalah rencana perubahan PD/PRT menyangkut pembatasan masa jabatan ketua umum maksimal 1 kali. “Ini untuk mempercepat proses kaderisasi di lingkungan Ansor,” katanya
 
. © 2007 Template feito por Templates para Você