Senin, 17 Januari 2011

Aktivis PMII Mengais Rejeki di Kongres Ansor

Momentum Kongres GP Ansor XIV di Asrama Haji Sukolilo Surabaya dijadikan kesempatan untuk mengais rejeki oleh sejumlah aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Surabaya. Buktinya, mereka rela berjualan demi memperoleh untung dalam momentum 5 tahunan itu.
Para aktivis perempuan itu, menjual sejumlah pernak-pernik seperti gantungan kunci, rokok, kaos, serta beberapa aksesoris lain yang bisa ditawarkan kepada peserta kongres.
A’yun, 20, salah satu penjual sekaligus aktivis PMII Surabaya, mengaku sengaja menjual pernak-pernik itu. Sebab, hal itu diyakini pasti menarik terhadap peserta Ansor. “Hasilnya tidak untuk dimakan sendiri. Tapi, nanti akan diberikan ke kas organisasi PMII mas,” ujarnya mesem.
Demikan juga pengakuan Atik, aktivis PMII yang berjualan rokok. Diakuinya, meski nanti mendapatkan untung, uangnya pasti akan bermanfaat untuk organisasi yang dilahirkan dari rahim NU itu.
“Makanya ayo beli. Untungnya pasti bermanfaat mas,” imbuhnya seraya menawarkan.
Sementara itu, pengais rejeki yang lain adalah H.Abrori. Pria tukang pijet asal Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep ini, mengaku sudah biasa menjadi tukang pijet. Bahkan, setiap kongres atau muktamar NU, dipastikan hadir.
“Saya sudah sering jadi tukang pijet dalam momentum seperti sekarang. Sebab, untungnya lebih banyak. Kalau hari-hari biasa, orang minta pijet paling hanya 5-10 orang. Tapi, kalau ada acara seperti sekarang, mencapai 20-30 orang,” tegasnya.

Senin, 17 Januari 2011

Aktivis PMII Mengais Rejeki di Kongres Ansor

Momentum Kongres GP Ansor XIV di Asrama Haji Sukolilo Surabaya dijadikan kesempatan untuk mengais rejeki oleh sejumlah aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Surabaya. Buktinya, mereka rela berjualan demi memperoleh untung dalam momentum 5 tahunan itu.
Para aktivis perempuan itu, menjual sejumlah pernak-pernik seperti gantungan kunci, rokok, kaos, serta beberapa aksesoris lain yang bisa ditawarkan kepada peserta kongres.
A’yun, 20, salah satu penjual sekaligus aktivis PMII Surabaya, mengaku sengaja menjual pernak-pernik itu. Sebab, hal itu diyakini pasti menarik terhadap peserta Ansor. “Hasilnya tidak untuk dimakan sendiri. Tapi, nanti akan diberikan ke kas organisasi PMII mas,” ujarnya mesem.
Demikan juga pengakuan Atik, aktivis PMII yang berjualan rokok. Diakuinya, meski nanti mendapatkan untung, uangnya pasti akan bermanfaat untuk organisasi yang dilahirkan dari rahim NU itu.
“Makanya ayo beli. Untungnya pasti bermanfaat mas,” imbuhnya seraya menawarkan.
Sementara itu, pengais rejeki yang lain adalah H.Abrori. Pria tukang pijet asal Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep ini, mengaku sudah biasa menjadi tukang pijet. Bahkan, setiap kongres atau muktamar NU, dipastikan hadir.
“Saya sudah sering jadi tukang pijet dalam momentum seperti sekarang. Sebab, untungnya lebih banyak. Kalau hari-hari biasa, orang minta pijet paling hanya 5-10 orang. Tapi, kalau ada acara seperti sekarang, mencapai 20-30 orang,” tegasnya.
 
. © 2007 Template feito por Templates para Você